Bukan mudah untuk mendidik
hati sendiri jika dibandingkan nasihat yang kita beri mahupun kita terima dari
orang lain. Terlalu sukar untuk membuatkan jiwa kita menerima apa yang menjadi
tentangan bagi hati kita sendiri. Kita selalu akan rasa gembira tatkala kehendak hati kita dipenuhi dan kita selalu berduka apabila berlaku sebaliknya. Pada masa itu kiat seolah-olah lupa bahawa apa yang berlaku itu bukanlah ditentukan oleh kehendak kita, namun ia adalah suatu takdir yang telah ditentukan Allah buat kita.
Benarlah sebagaimana sabda Rasulullah saw:
”Sesungguhnya dalam tubuh jasad itu ada
seketul daging bila baik nescaya baiklah seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah! iaitulah Qalbu
(hati).”(Riwayat Bukhari & Muslim, dari Nu'man bin Basyir)
Syaikh Ibnu Athaillah
sempat bertutur mengenai doa dan permintaan manusia kepada Allah :
Kelambatan masa pemberian
Allah kepadamu,meskipun engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdo'a,
janganlah menyebabkan engkau putus asa, sebab Allah telah memberikan jaminan,
terkabulnya do'a yang engkau pinta sesuai dengan pilihan-Nya, dan bukan menurut
keinginanmu, dan mengabulkan do'a pada saat Dia kehendaki, bukan pada saat yang
engkau kehendaki
Belum terwujudnya janji
Allah, sekalipun waktu yang telah ditentukan telah tiba, jangan sekali-kali
membuatmu ragu terhadap janji-Nya, agar tidak membuat cacat penglihatan batinmu
dan memadamkan cahaya batinmu.
Jangan engkau menyangka
bahwa kasih sayang Allah lepas bersamaan dengan tidak dikabulkannya do'amu.
Tuntutanmu terhadap pengabulan do'a kepada Allah merupakan prasangka burukmu
kepada-Nya (seolah-olah Dia lalai terhadap keadaanmu padahal Dia-lah Sang
Pemelihara).Tuntutanmu kepada Allah menunjukan ketidakhadiranmu disisi-Nya.
Jika engkau tidak dapat
berbaik sangka kepada Allah karena do'amu belum terkabul, hendaklah engkau
berbaik sangka kepada-Nya karena nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu.Bukankah
Dia selalu memberikan sesuatu yang baik kepadamu? Dan bukankah Dia senantiasa
memberikan anugerah nikmat kepadamu.
Jika engkau telah sanggup
berbaik sangka kepada Allah, bermohonlah agar Dia memberikan jalan bagi
pengabulan do'a dan hajatmu.Bisa lewat siapa saja yang Dia kehendaki-Nya. Tapi
lewat siapapun rezekimu dialirkan janganlah memalingkan engkau dari berharap
kepada Allah, yang kemudian berubah jadi berharap kepadanya.
Lalu bagaimanakah engkau
mengadu dan bermohon kepada selain Allah untuk mencukupi kebutuhanmu, padahal
Allah-lah yang mencukupnya. Dan bagaimana mungkin orang yang tidak mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri, dapat mencukupi kebutuhan orang lain. Jika
engkau bermohonan kepada selain diri-Nya, maka hal itu hanya menunjukan sedikit
rasa malumu.
" Wahai anakku,
Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam, tidak kurang, tidak
lebih, ia hanyalah segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau
alami di dalam hidup mu itu sudah di beri kadarannya oleh Allah, tidak
berkurang dan tidak bertambah, sesuai untuk mu, seperti segenggam garam itu.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini , bahkan nabi sekalipun, tidak lepas
dari masalah Tapi wahai anakku, rasa 'MASIN' yang dialami dari penderitaan itu
sangat bergantung kepada HATI yang menampungnya”.
Jadi, BERHENTILAH MENJADI
GELAS, jadikan HATI dalam dada mu menjadi sebesar TASIK, agar kamu tidak
sentiasa menderita . Hidup memang memerlukan keberanian, perlu berjiwa besar
berhati luas, namun terlebih dahulu ditambahkan ”ketelitian”. Cermatilah
langkahmu dan waspadai tindakanmu. Hati- hati saat ketika mencelupkan jari di
dalam kancah kehidupan, supaya rasa "PAHIT" dapat dihindarkan.
YA
ALLAH, CUKUPLAH ENGKAU BAGIKU SEBAGAI PENOLONG